Berteriak Dalam Sepi


Baru sekarang saya beranikan diri untuk post tulisan blog ini, berat rasanya menulis ini, menceritakan kembali suatu cerita yang teramat saya rindukan. Cerita mengenai sosok panutan yang berpengaruh bagi hidup saya.

Saya menemukan detak cinta disetiap sudut rumah kami di Ciamis, asupan kasih sayang yang tak pernah habis dicurahkan kedua orang tua kami waktu itu.

Cerita mengenai orangtua kami adalah mutiara, hanya akan didapat jika masuk ke relung lautan hati yang dalam. Namun, kali ini saya ingin menulis tentang sosok pahlawan dalam diri Ikin Ahmad Sodikin, kakak sekaligus sosok idola bagi saya.


"Aku ingin menjadi seperti dirimu ang, pejuang arief bijaksana, penyayang pada keluarga dan sekitar" 

Kecintaanmu, baktimu kepada orangtua kerap membuat aku menangis jika mengingatnya. Pernah kamu membawa baskom berisi air, kamu cuci kaki 'ema', kamu cium kaki beliau dengan takzim sambil meminta doa dan keberkahan





Mungkin kamulah yang menjadi pengganti orang tua setelah ema bapak meninggal, aku ingat bisikanmu ke telinga ema sebelum beliau wafat "ma yang tenang, andi akan Ikin urus" kata kata yang membuat ema lega dan meninggalkan dunia fana ini dengan tenang.

Kamu tepati janjiimu, mengantarku sampai wisuda, memberi jalan pekerjaan, dan selalu ada ketika dibutuhkan. Ah sangatlah berhutang budi diri ini ang...



Saat ini aku sering merindukan pesan singkatmu untuk bertemu atau datang sepulang kantor sekedar bercerita dan berbagi ide, atau janjian kita untuk mudik bareng ke Ciamis ketika Lebaran tiba. Rasanya belum bisa hilang dalam ingatan.




Doaku selalu untukmu ang, doa terbaik bagi para penghuni syurga. Kebaikanmu menghantarkan senyum yang tersungging abadi dalam bibirmu setelah terucap kalimat tauhid hari itu. Really miss u, i really do....



Previous
Next Post »
0 Komentar