Purwokerto (kembali)


Sudah lama ane ga mendengar logat khas disini, angkot dengan "extra seat" di tengah-tengah, dan suasana malam sepulang kuliah bersama sahabat.

Dulu ketika kaki ini melangkah pergi, meninggalkan begitu banyak cerita dan cita-cita. Menatap kembali kota ini seperti membawa ane kembali ke masa lalu, masuk melalui lorong waktu dan melihat langkah-langkah teratur dari Gunung Sumbing menuju kampus setiap sore dan malam hari, ada tawa ceria, terkadang ane melihat rasa gundah gulana, ataupun langkah penuh harap demi masa depan.

Hei hari ini ane ada disini didepan Patung Jenderal Besar yang ane kagumi.



Akhirnya berfoto dibawah patung Pak Dirman

Pernah ane bercita untuk berfoto di bawah Patung beliau dengan seragam Toga tanda kesarjanaan, namun ane hanya tersenyum mengingat hal itu, bukan karena kegagalan tetapi lebih kepada keputusan dan kekuatan hati waktu itu untuk meninggalkan kampus ini.

Maaf Jenderal ane tidak menyesal meninggalkanmu........

Derai air mata keluarga kami di Rumah Sakit di tahun 2002 ketika sang "Dewi" yang telah Alloh pilihkan sebagai wanita yang mengijinkan rahimnya ane tempati, Sang pendidik tanpa gelar sarjana dengan pandangan melebihi mereka yang bergaun toga, telah menyelesaikan tugasnya di dunia.

Keputusan penting itu harus dibuat tanpa kompromi, yup ane harus memilih meninggalkan Kampus Sang Jenderal Besar demi melanjutkan study di Universitas Terbuka.

Btw masa lalu tetaplah masa lalu, senang rasanya kaki ini berjalan kembali di area kampus tercinta, panorama yang "agak sedikit" berubah, dimana kantin kampus yang biasa disambangi sepertinya sudah berpindah area, dan kesampaian pula berfoto dibawah patung Sang Jenderal *walau ga pake baju toga

Namun sayang banget ane kehilangan jejak Kost-an ane dulu di Jl Gunung Sumbing, dah banyak bangunan baru yang ga dikenal. Mungkin ketutupan sih tuh kost-an, padahal pengen banget nengok kost-an yang kami beri judul waktu itu "Bujank 88".

Malam di Purwokerto

Menikmati Wedang di angkringan depan kampus lanjut Soto Sokaraja dan dijamu makan malam oleh sahabat baik ane di dekat alun-alun setidaknya mengobati kerinduan akan Kota Satria, kota penuh kenangan pahit getir bahagia menjadi mahasiswa di Universitas Sang Jenderal Besar.



Well, kata orang persahabatan sejati bertahan selamanya. Meskipun jarak dan waktu memisahkan, tak lagi bisa bersama mengerjakan tugas kuliah ataupun sekedar iseng jalan, mungkin juga pernah ada perselisihan, tapi persahabatan tidak pernah pudar....

Matur Nuwon Ken atas jamuannya, Alhamdulillah kenyang *dan gratiss hahaha

That's a whole story.... sebenarnya ada cerita lanjutan ke Baturraden bareng istri, tapi istri dah post duluan di blognya dia Purwokerto Kota Satria, kami datang.... Part 1 dan Purwokerto Kota Satria, kami datang.... Part 2, jadi ane urung buat nulis ulang.

See you next time Jenderal ...

Previous
Next Post »
3 Komentar